BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Kematian ibu
selama masa nifas
merupakan salah satu
aspek yang
memberikan kontribusi
dalam perhitungan Angka
Kematian Ibu (AKI)
dan merupakan indikator keberhasilan
pembangunan sektor kesehatan.
Pencapaian tujuan dan target
Millennium
Development Goals (MDGs)
yaitu dengan meningkatkan kesehatan
dan merupakan salah
satu dari 8
target yang harus dicapai. Tingginya kematian ibu nifas
merupakan masalah berkepanjangan dan kompleks yang sulit diatasi. AKI merupakan tolak ukur untuk
menilai keadaan pelayanan obstetri di suatu negara. Bila AKI masih tinggi
berarti sistem pelayanan obstetri
masih buruk, sehingga
memerlukan perbaikan. Dari
laporan World Health organisasion (WHO) di Indonesia AKI tergolong tinggi yaitu 420
per 100.000 kelahiran hidup bila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya. AKI di Singapura
14, Malaysia 62,
Thailand 110, Vietnam
150, Filipina 230 dan
Myanmar 38.(Http://Www.doctor.com/docs/27243792/KEMATIAN-IBU-DAN-ANAK-DI-DUNIA-menurut-WHO-2012)
MDGs adalah hasil kesepakatan 189 negara termasuk
Indonesia yang mulai dijalankan pada
September 2000. Deklarasi ini berisi komitmen negara masing masing dan
komunitas internasional untuk
mencapai delapan butir tujuan pada tahun
2015 sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan
kemiskinan. Tujuan yang berhubungan dengan kesehatan adalah butir ke 4, 5, dan
6 yaitu Menurunkan angka Kematian anak dengan target
mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak anak usia
di bawah 5 tahun, Meningkatkan kesehatan ibu dengan target mengurangi dua per
tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan dan, memerangi HIV/AIDS,
Malaria dan penyakit menular lainnya dengan target menghentikan dan memulai
pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya. Tujuan
Millenium ini merupakan komitmen Pemerintah Republik Indonesia terhadap
komitmen global yang secara konstitusional juga diakui dan disahkan serta
dituangkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2004–2025
dan saat ini telah dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.
AKI di Indonesia masih termasuk yang tinggi dibandingkan
negara-negara di Asia misalnya Thailand dengan AKI 130/100.000 Kelahiran
Hidup. Data SDKI tahun 2007 mencatat AKI di Indonesia mencapai
228 per 100.000 (KH). Walaupun angka ini dipandang mengalami perbaikan dibanding tahun
tahun sebelumnya, target MDGs 5
yaitu menurunkan AKI menjadi 102/100.000 KH pada tahun 2015 masih memerlukan
upaya khusus dan kerja keras dari seluruh
pihak baik Pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat. AKI yang tinggi
menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus kematian ibu yang
dilaporkan di Provinsi Lampung sampai dengan bulan Desember tahun 2012 sebanyak
178 kasus.
Departemen
Kesehatan mempunyai Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) dalam meningkatkan peran aktif suami, keluarga, dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan meningkatkan persiapan menghadapi perencanaan
komplikasi saat
kehamilan dan pasca persalinan. Infeksi postpartum terjadi di traktus genitalia
setelah kelahiran yang diakibatkan oleh bakteri, hal ini akan meningkatkan
resiko infeksi postpartum yang salah
satunya disebabkan oleh luka episiotomi yang dapat menyebabkan syok septic. (Cunninghum,
2005; h. 108).
Tindakan
episiotomi mencegah robekan perineum yang tidak teratur, yang mana insisi yang
bersih dan dilakukan dengan posisi yang benar dapat mempercepat penyembuhan
luka perineum daripada robekan yang tidak teratur. Robekan perineum yang tidak
teratur dapat terjadi meskipun telah dilakukan episiotomi. Hal ini dapat
terjadi jika ibu tidak mengejan dengan baik. Luka robekan perineum akan membuat
nyeri dan rasa tidak nyaman pada ibu yang akan menghambat interaksi ibu dan
anak, membuat ibu lebih rentan terkena infeksi dan terjadi perdarahan jika luka
perineum tidak dipantau dengan baik. Luasnya robekan perineum akan mempengaruhi
tingkat kesembuhannya. (Manuaba, 2007; h 98)
Perhatian
yang khusus akan dapat mempertahankan kontinensia fetal dan keadaan ibu yang
tidak merasakan nyeri, akan mempercepat kesembuhannya. Luka episiotomi yang
tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi, seperti kehilangan darah karena melakukan episiotomi terlalu dini,
infeksi karena terkontaminasi dengan urin dan feses, dispareunia, dan hematoma
lokal yang menyebabkan infeksi (Manuaba, 2007;h.47).
Data
yang diambil dari BPS Lisnani ali, S.ST, pada bulan Januari-Mei terdapat 95
orang yang melahirkan dan diantara 95 orang tersebut sebanyak 39 orang ibu yang
baru pertama kali melahirkan mengalami luka perineum.
II. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan perawatan luka perineum terhadap Ny. N umur 22 tahun P1
A0 6 jam post partum di BPS Lisnani Ali,S.ST Teluk Betung Timur Bandar
Lampung Tahun 2013 “
III.
Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
Tujuan umum dari penulisan Karya Tulis
Ilmiah untuk memahami, mempelajari serta memberikan asuhan kebidanan pada ibu
nifas tentang perawatan luka perineum
2. Tujuan
Khusus
a. Diharapkan dapat melakukan
pengkajian pada ibu nifas khususnya pada Ny. N umur 22 tahun P1A0 6 jam post partum di BPS Lisnani Ali, S.ST
teluk betung timur bandar lampung tahun 2013.
b. Diharapkan dapat menentukan
interpretasi data ibu nifas khususnya pada Ny. N umur 22 tahun P1A0 6 jam post di BPS Lisnani Ali, S.ST teluk betung timur bandar lampung tahun 2013.
c. Diharapkan dapat menentukan
diagnosa potensial pada ibu nifas khususnya pada Ny. N umur 22 tahun P1A0 6 jam post partum di BPS Lisnani Ali, S.ST
telik betung timur bandar lampung tahun 2013.
d. Diharapkan dapat melakukan
tindakan antisipasi pada ibu nifas khususnya pada Ny. N umur 22 tahun P1A0 6
jam post partum di BPS Lisnani Ali, S.ST teluk betung timur bandar lampung tahun 2013.
e. Diharapkan dapat merencanakan
tindakan yang akan dilaksanakan pada ibu nifas khususnya pada Ny. N umur 22 tahun P1A0 6
jam post partum di BPS Lisnani Ali S.ST teluk betung timur bandar lampung tahun 2013.
f. Diharapkan dapat melaksanakan
asuhan kebidanan yang telah direncanakan pada ibu nifas khususnya pada
Ny. N umur 22 tahun P1A1 6 jam post partum di BPS Lisnani Ali, S.ST teluk betung timur bandar lampung tahun 2013.
g. Untuk dapat melakukan evaluasi terhadap asuhan yang
telah diberikan pada ibu nifas khususnya pada Ny. N umur 22 tahun P1A0 6 jam post partum di BPS Lisnani Ali, S.ST teluk betung timur bandar
lampung tahun 2013.
IV.
Ruang Lingkup
a. Sasaran
Objek penelitian dari Karya Tulis Ilmiah
ini adalah satu ibu nifas yaitu Ny. N umur 22 tahun P1A0 dengan
luka perinium.
b. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di BPS Lisnani Ali, S.ST
teluk betung timur bandar lampung tahun 2013.
c.
Waktu
Penelitian dilaksanakan
dari tanggal 20 Mei - 2 juni 2013.
V.
Manfaat Penulisan
1.
Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah bahan bacaan di perpustakaan, serta
dapat digunakan sebagai pembanding dalam pengambilan kasus – kasus berikutnya
yang berhubungan dengan nifas khususnya dengan perawatan luka perineum.
2.
Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian agar dapat
mengoptimalkan serta meningkatkan pelayanan sehingga dapat memberi pelayanan
yang berkualitas terhadap pasien.
3.
Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengerti tentang perawatan
luka perineum khususnya ibu nifas yang mengalami luka perineum.
4.
Bagi Penulis
Dapat melakukan
pengumpulan data dasar secara subjektif dan objektif serta menetapkan rencana
asuhan kebidanan yang akan diberikan, dan memperoleh Ilmu pengetahuan dan
pengalaman dengan dilakukannya penelitian dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan
ilmu pengetahuan yang telah didapat diadila.
VI.
Metodologi dan Teknik Memperoleh Data
A.
Metodologi penelitian
Penulisan
Karya Tulis Ilmiah menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarkan permasalahan
yang muncul dan mencoba menggali bagaimana dan mengapa hal tersebut bisa
terjadi sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan menurut varney.
B.
Tehnik Memperoleh Data
Untuk memperoleh data,
tehnik yang digunakan sebagai berikut:
1. Data
Primer
Data primer
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti secara langsung dari
sumber datanya. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkan
secara langsung.
a. Wawancara
Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana penelitian mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran
penelitian (responden). (Notoatmodjo,2005;h. 102).
Wawancara dilakukan
dengan cara :
1) Auto
anamnesa
Wawancara yang langsung dilakukan kepada klien
mengenai penyakitnya.(sulistyawati,2009;h.65)
b. Observasi
Adalah suatu perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari naluri
mengenai indra, dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila rangsangan
tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan
.(Notoatmojo,2005;h.95)
c. Pemeriksaan
fisik
Adalah suatu pengkajian yang dapat dipandang sebagai
bagian tahap pengkajian pada proses keperawatan atau tahap pengkajian atau
pemeriksaan klinis dari sistem pelayanan terintegrasi, yang prinsipnya
menggunakan cara-cara yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yang
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.(Priharjo,2006;h.2-3)
2. Data
Sekunder
Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber Biro Pusat Statistik (BPS), buku
laporan, jurnal, dan lain-lain.
a.
Studi Pustaka
Adalah
metode pengumpulan data dengan mempelajari catatan tentang pasien yang ada. (Notoatmodjo,2005;h.63)
b.
Studi Dokumenter
Adalah
semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang
ada dibawah tanggung jawab instansi
resmi, misalnya laporan, statistik, catatan–catatan di dalam kartu
klinik. (Notoatmodjo, 2005; h. 62).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar